Kamis, 26 Agustus 2010

Nyadran (Nyekar)


Nyadran (Nyekar)
Sebuah tradisi Kejawen menjelang Ramadhan

            Masyarakat Jawa sangat mengahargai leluhurnya, baik yang masih hidup ataupun sudah mati. Leluhur dianggap sebagai bagian dari kehidupan yang sangat berpengaruh terhadap hidup kita. Leluhur dianggap sebagai lantaran, dan yang menyebabkan kita ada. Penghormatan kepada yang masih hidup dengan jalan sowan. Sedangkan kepada yang sudah meninggal dengan jalan nyekar, mengunjungi pemakamannya serta menghantarkan do’a.
            Nyekar adalah sebuah ritualitas, walaupun berdo’a dimanapun sebenarnya bisa saja dilakukan, namun dirasakan oleh masyarakat Jawa kurang nges (menyentuh hati). Inilah yang dinamakan spiritualitas. Nilai yang dikandung dalam tradisi Nyekar ini adalah :
1. Manusia ingat akan jati dirinya sebagai manusia,
2. Konsekuensi mahkluk hidup bahwa nantinya juga akan mati.
3. Hantaran do’a seorang anak kepada orang tuanya sebagai amal jariyah.
4. Mengingat jasa orangtua yang telah berusaha membesarkan anaknya.
            Tradisi Nyekar menjelang bulan Ramadhan biasa dinamakan Nyadran. Konsep spiritualitas yang menggunakan hati menjadikan si ego dengan Tuhan yang mengerti dan mengetahui. Ini yang tidak bisa diketahui oleh manusia yang lainnya. Seakan-akan hanya menjadi privasi yang merupakan proses ibadah.
Pembelajaran budaya ini kepada generasi berikutnya adalah dengan mengajaknya nyekar, dan terkadang memberitahu serta menceritakan silsilah keluarga, menceritakan jasa besar orang yang dido’akan.
Terlepas dari sebuah kontroversi bid’ah atau tidak, namun setidaknya tradisi ini telah mengakar kuat. Sebenarnya dupa atau membakar kemenyan adalah aroma terapi untuk menimbulkan efek wangi. Hanya saja standar wangi kemenyan dengan wangi yang lain tentu berbeda, standar wewangian sekarang berasal dari parfum dan beraneka ragam pula.
               

Tidak ada komentar: